Potret Sukabumi — Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Pekerjaan Umum (PU) tengah melaksanakan proyek rekonstruksi Jalan Baleberka–Nyalindung, yang menghubungkan Desa Mekarsakti dengan Desa Mandrajaya, Kecamatan Ciemas. Proyek ini ditargetkan rampung dalam waktu 60 hari kalender, dimulai sejak 16 Mei 2025.
Jalan sepanjang 130 meter dengan lebar 3 meter ini selama ini dikenal rawan terdampak banjir akibat luapan Sungai Ciletuh, khususnya saat musim hujan. Hal tersebut membuat mobilitas warga terganggu secara signifikan.
“Penanganan ruas jalan ini menjadi prioritas kami karena merupakan jalur vital masyarakat. Hampir setiap musim hujan, ruas ini tidak bisa dilalui akibat banjir,” ujar Kepala UPTD PU Wilayah Ciemas, Dadang Koswara, saat ditemui di lokasi proyek pada Kamis (13/6).
Proyek rekonstruksi tersebut menggunakan anggaran sebesar Rp186.918.703,56 dari APBD Kabupaten Sukabumi Tahun Anggaran 2025, dan dikerjakan oleh pihak ketiga, CV Rileq Konstruksi. Hingga pertengahan Juni ini, pekerjaan telah memasuki tahap akhir, yaitu pengaspalan lapis penetrasi.
Dadang menambahkan bahwa proyek ini bukan hanya untuk perbaikan infrastruktur, tetapi juga bentuk mitigasi terhadap bencana tahunan. “Kami berharap setelah pengaspalan selesai, masyarakat bisa kembali menggunakan jalan ini dengan aman dan nyaman, serta tidak lagi terhambat aktivitasnya,” tuturnya.
Sementara itu, warga sekitar menyambut baik proyek ini. Rina Maulida (38), warga Desa Mekarsakti, mengaku senang karena jalan tersebut akhirnya diperbaiki setelah lama rusak.
“Selama ini kalau hujan, jalan banjir dan tidak bisa dilewati. Anak-anak sekolah harus memutar jauh. Alhamdulillah sekarang sudah mulai diperbaiki,” ungkapnya.
Berdasarkan data dari BPBD Kabupaten Sukabumi, wilayah Kecamatan Ciemas termasuk salah satu daerah dengan tingkat kerawanan banjir tertinggi, mencatat lebih dari 15 kali kejadian banjir lokal sepanjang tahun 2024.
Pembangunan infrastruktur ini dinilai menjadi langkah strategis untuk mendukung konektivitas antarwilayah serta menjaga stabilitas sosial dan ekonomi warga setempat. Jalan ini juga merupakan jalur alternatif menuju kawasan Geopark Ciletuh, sehingga perbaikannya turut berpengaruh terhadap akses pariwisata.
Menurut pengamat kebijakan publik Universitas Nusa Putra, Dr. Agus Ramdhan, M.Si, proyek-proyek perbaikan seperti ini harus dikawal kualitasnya dan tidak hanya bersifat tambal sulam.
“Pembangunan infrastruktur desa tidak boleh hanya selesai secara administratif. Harus ada evaluasi jangka panjang, termasuk apakah konstruksi mampu bertahan menghadapi cuaca ekstrem,” ujarnya.
Dinas PU menyebutkan akan melakukan monitoring berkala selama dan setelah proyek selesai, untuk memastikan kualitas jalan sesuai spesifikasi. Selain itu, pelaporan perkembangan proyek dijanjikan akan dilakukan secara transparan kepada publik.