Potret Sukabumi — Ribuan santri memadati Stadion Korpri Gelanggang Cisaat, Kabupaten Sukabumi, pada Rabu (22/10/2025) untuk mengikuti upacara peringatan Hari Santri tingkat Kabupaten Sukabumi. Acara tersebut dihadiri langsung oleh Bupati Sukabumi H. Asep Japar, Wakil Bupati H. Andreas, jajaran Forkopimda, serta para tokoh agama dan masyarakat.
Bupati Sukabumi H. Asep Japar yang bertindak sebagai pembina upacara menegaskan bahwa Hari Santri harus menjadi momentum kebangkitan bagi generasi santri masa kini. Ia menekankan pentingnya penguasaan teknologi, sains, dan bahasa dunia sebagai bentuk adaptasi terhadap perkembangan zaman.
“Santri sekarang harus menguasai dunia digital. Dunia digital menjadi ladang dakwah baru bagi para santri,” ujar H. Asep Japar.
Bupati juga mengajak para santri untuk membawa semangat pesantren ke ruang publik, dunia kerja, hingga ranah internasional. “Jadilah santri yang berilmu, berakhlak, dan berdaya. Rawatlah tradisi pesantren, namun peluk juga inovasi zaman. Tunjukkan bahwa santri mampu menjadi bagian dari solusi,” tegasnya.
H. Asep Japar mengingatkan bahwa sudah satu dekade Hari Santri diperingati sejak ditetapkan pada tahun 2015. Selama itu pula, pesantren dan santri terus memperkuat peranannya di berbagai bidang kehidupan.
“Dari rahim pesantren lahir tokoh-tokoh besar bangsa, mulai dari pejuang kemerdekaan hingga pemimpin umat. Kini banyak alumni pesantren yang menjadi pejabat publik, pengusaha, ilmuwan, hingga berkiprah di tingkat internasional,” ungkapnya.
Ia menambahkan, santri tidak boleh hanya menjadi penonton dalam perubahan zaman, tetapi harus hadir sebagai pelaku sejarah yang membawa nilai-nilai Islam rahmatan lil’alamin untuk membangun peradaban dunia yang damai dan berkeadaban.
“Semoga dengan semangat Hari Santri ini, kita dapat berkolaborasi membangun cita-cita Kabupaten Sukabumi yang Mubarakah,” pungkasnya.
Peringatan Hari Santri setiap 22 Oktober merujuk pada Resolusi Jihad yang dicetuskan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada 1945. Fatwa tersebut mewajibkan umat Islam untuk berjihad mempertahankan kemerdekaan Indonesia, yang kemudian menjadi pemicu perlawanan rakyat dan melahirkan peristiwa heroik 10 November 1945 yang kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.




